Rabu, 18 Juni 2008

Meninggalkan Warisan

Pola hidup manusia akhir-akhir ini banyak memikirkan diri sendiri. Mereka beranggapan bahwa untuk apa mengurusi orang lain, sedangkan diri sendiri susah. Akhirnya mereka secara tidak sadar menjadi egois dan tidak peduli dengan sekitarnya. Sebenarnya ada satu hukum yang tidak banyak orang mengetahui, bahwa apa yang kita tabur pasti akan kita tuai.

Melakukan sesuatu yang berguna untuk orang lain, suatu saat akan kita rasakan manfaatnya. Selain membangun jaringan, kita dapat merasakan suatu pengalaman baru dan hal ini juga bisa membuat kita "Keluar" dari kejenuhan. Ada kecenderungan manusia menikmati apa yang dia rasa enak dan tidak meninggalkan untuk generasi yang selanjutnya.

Warisan apa yang telah kita siapkan untuk generasi setelah kita? Orang akan mengenal Anda sebagai siapa? Pertanyaan-pertanyaan itu akan menyadarkan kita akan pentingnya meninggalkan warisan untuk generasi setelah kita. Dimasa yang sulit, manusia akan dipacu semakin kreatif dan siapa yang kuat dan kreatif akan bertahan.


Saya mencoba melakukan apa yang telah dilakukan pendahulu saya yaitu menuliskan kehidupan yang pernah saya alami kedalam sebuah buku. Dan melalui buku tersebut akan menjadi pembelajaran untuk banyak orang dan untuk generasi setelah saya. Bagaimana dengan Anda? untuk ada cara-cara yang lain, yang pasti tidak hanya dikenal, tapi nilai-nilai yang kita bangun sekarang, akan terasa selamanya.

Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan Anda siapa lagi? Jangan terjebak dengan situasi sekarang, ingat, kesusahan sehari cukuplah untuk sehari, kesusahan esok untuk hari esok.

Budiyanto Tandean
Motivator

Baca Selengkapnya »»

eBook Step-By-Step Blogspot Custom Domain

Custom Domain merupakan nama domain pilihan yang digunakan sebagai alternative menggantikan nama blog anda diblogger (blogspot). Anda bisa mengubah alamat Url dari namablog.blogspot.com ke namablog.com atau dengan nama domain lainnya.

eBook Step-By-Step Blogspot Custom Domain merupakan kompilasi dari tulisan o-om.com yang disusun sedemikian rupa demi memudahkan anda belajar sendiri melakukan setting custom domain,



pembahasan yang dirancang cukup lengkap mulai dari Tanya-Jawab, keuntungan dan kerugian, Tips memilih hosting murah dan masih banyak lagi. Segeralah anda mengunduhnya dan pastikan teman anda iri karena anda yang pertama membacanya :)

Donlot :
File PDF

Sumber : http://www.o-om.com

Baca Selengkapnya »»

eBook: Kiat Sukses Promosi Blog

Tujuan dari promosi blog tidak lain untuk mengenalkan keberadaan blog anda agar lebih dikenal banyak orang. Dalam eBook (buku elektronik) ini anda akan belajar bagaimana mendapatan trafik ribuan pengunjung perhari melalui Search Engine, Metode promosi apa sebaiknya anda gunakan. Dalam buku elektornik ini anda juga akan menemukan kiat sukses dan point penting dalam kegiatan promosi blog serta bagaimana etika promosi yang terkandung didalamnya.


Untuk kedepan eBook ini tidak saya gratiskan lagi dan tentu saja materinya lebih berbobot dari Free Edition. Jadi segera download dan pastikan anda pertama yang membacanya.

donlot :
File Pdf

sumber :
http://www.o-om.com

Baca Selengkapnya »»

Asal kata Motivasi

Motivasi adalah keadaan dalam diri individu yang memunculkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan kata lain menurut Kartini Kartono adalah dorongan terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dengan dorongan (driving force) di sini dimaksudkan: desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup.

Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh organisasi.

Untuk menghindarkan kekurangtepatan penggunaan istilah motivasi ini, perlu dipahami pendapat M. Manullang tentang adanya istilah-istilah yang mirip dan sering dikacaukan tentang motivasi tersebut antara lain: motif, motivasi, motivasi kerja, dan insentif.


a. Motif

Kata motif disamakan artinya dengan kata-kata motive, motif, dorongan, alasan dan driving force. Motif adalah daya pendorong atau tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu tenaga di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia bertindak. Dikatakan bahwa rumusan yang berbunyi motive are the way of behaviour adalah tepat. Artinya, mengapa timbul tingkah laku seseorang, itulah motive.

b. Motivasi

Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Oleh karena itu tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam di atas yang akan menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh memang dapat menjadikan motor dan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan.

c. Motivasi kerja

Bertolak dari arti kata motivasi tadi, maka yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Atau dengan kata lain pendorong semangat kerja. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja menurut Ravianto adalah: atasan, rekan sekerja, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan dan tantangan. Jadi motivasi individu untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh sistem kebutuhannya.

d. Insentif

Istilah insentif (incentive) dapat diganti dengan kata: alat motivasi, sarana motivasi, sarana penimbulan motive atau sarana yang menimbulkan dorongan. Dengan pembatasan-pembatasan penggantian istilah-istilah tersebut diatas, dapatlah dihindari pengkacaubalauan penggunaan istilah yang menyangkut motivasi tersebut.

Baca Selengkapnya »»

Selasa, 17 Juni 2008

Kunci Sukses dalam Investasi

Seringkali kegagalan seseorang dibidang keuangan terutama investasi membuat kita tidak berani untuk terjun didunia investasi.

Sebenarnya apa definisi investasi?
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan
mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai penanaman modal.

Mengapa banyak orang mengalami kegagalan?
itu disebabkan karena mereka salah menanamkan modal mereka. Jangan menanam modal pada bentuk yang prospeknya tidak kita ketahui.


Contohnya saham, untuk orang Indonesia pada umumnya belum mengatahui investasi
saham, mengapa? karena pada umumnya yang "bermain" saham mereka tidak mau membiarkan orang lain juga bisa menikmati keuntungan yang mereka peroleh.

Dan yang terdengar, "bermain" saham, lebih banyak merugikan.
mengapa mereka rugi?
banyak faktor yang mempengaruhi,
1. Tidak mengenal dengan baik perusahaan tempat mereka menanamkan modal
2. Terburu-buru, ingin menikmati hasil. Namanya saja investasi, kadang dibutuhkan analisa yang panjang untuk dapat mengambil keputusan sebelum melepas sahamnya.
3. Tidak membaca pergerakan pasar sehingga keputusan yang diambil salah
4. Terpengaruh dengan orang lain. Biasanya karena banyak orang yang mempengaruhi sehingga mengambil keputusan salah.

Jadi kesimpulannya,
jikalau ingin investasi, tipsnya :
1. Tentukan Goal Anda !
Ingin untung ditahun keberapa? dan susun langkah-langkahnya.
2. Kenali Produk Investasinya Jangan cuman kulitnya
Pelajari laporan pertriwulan suatu perusahaan/produk
3. Ketahuilah tingkat resiko yang akan diambil
Mengetahu resiko terburuk yang harus diambil.

Selamat mencoba !
Budiyanto Tandean
Motivator

Baca Selengkapnya »»

Minggu, 15 Juni 2008

KALAU BISA EMPAT,KENAPA HARUS SATU?

Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok pasca kenaikan harga BBM nampaknya sudah bukan hal yang aneh lagi. Bahkan sebelum harga BBM resmi naik, harga-harga sudah mulai naik mendahului. Tentu saja hal ini membawa konsekuensi yang tidak sedikit pada anggaran rumah tangga setiap orang. Otomatis pengeluaran akan bertambah, sementara penghasilan....? nampaknya diam di tempat tak bergerak.

Lalu bagaimana mengatasinya? Dalam keadaan defisit, selalu ada dua jalan keluar. Cara pertama yaitu dengan mengurangi pengeluaran atau melakukan penghematan, dan cara kedua yaitu dengan menambah penghasilannya. Atau jika keduanya dilakukan sekaligus akan lebih baik lagi.

Berhemat adalah cara yang cukup efektif dalam jangka pendek. Tapi hemat juga ada batasnya, lagipula kenaikan harga ini sepertinya bukan cuma sekali. Maka solusi untuk jangka panjang lebih tepat adalah dengan menambah penghasilan agar tidak lebih besar pasak dari pada tiang.

Menambah penghasilan bukan cuma berarti meminta kenaikan gaji pada atasan, atau mencari pekerjaan baru yang lebih menjanjikan. Itu memang bisa dilakukan, tapi tidak selalu berhasil pada setiap orang. Kalau menambah penghasilan dari sumber yang sudah ada sekarang dirasa sulit, maka mau tidak mau Anda harus mencari sumber pemasukan yang lain sebagai tambahan.

Pada dasarnya, ada banyak sumber untuk mendapatkan penghasilan. Dan yang paling populer sekarang ini adalah dengan membagi sumber pemasukan menjadi 4 kelompok. Yaitu sumber pemasukan yang berasal dari bekerja sebagai Karyawan, menjadi Pekerja Mandiri, Pemilik Usaha, atau sebagai Investor. Biasanya sumber pemasukan ini dibagi kedalam kuadran (bidang empat) dan populer dengan sebutan cash flow quadrant.


1. Bekerja Sebagai Karyawan
Ini adalah sumber penghasilan yang paling populer dan banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita. Yaitu dengan menjadi karyawan yang bekerja baik itu di pabrik, perusahaan, pemerintah, maupun usaha kecil. Seorang karyawan mendapatkan penghasilan dari pekerjaannya berupa gaji yang jumlahnya tetap dan pasti. Inilah yang bagi sebagian orang menjadi faktor utama dipilihnya jalur menjadi karyawan sebagai sumber penghasilan. Selain itu, dengan menjadi karyawan juga bisa mendapatkan keamanan dan jaminan masa depan. Misalnya dengan adanya jaminan tunjangan asuransi kesehatan dan pensiun. Biasanya seorang karyawan memiliki jam kerja yang tetap setiap hari, kecuali untuk karyawan pabrik yang punya jadwal shift. Sehingga sulit rasanya untuk bisa menjadikan karyawan sebagai penghasilan tambahan jika sekarang ini sudah bekerja sebagai karyawan di perusahaan lain. Tapi kalau sekarang Anda bukan karyawan, maka tidak ada salahnya untuk menjadi karyawan sebagai side job Anda dan mendapatkan penghasilan tambahan berupa gaji bulanan.

2. Pekerja Mandiri
Tidak semua orang bisa menjadi pekerja mandiri. Karena ada satu syarat mutlak untuk menjadi pekerja mandiri, yaitu keahlian khusus. Karena menjadi pekerja mandiri adalah menjual keahlian Anda pada orang lain secara freelance. Contoh dari pekerja mandiri adalah seorang dokter yang membuka praktek di rumahnya, pengacara yang menerima tugas mendampingi kliennya, seorang tukang jahit atau katering yang menerima pesanan konsumennya. Seorang pekerja mandiri tidak mendapatkan gaji bulanan seperti halnya karyawan, melainkan mendapatkan honor atau fee langsung dari konsumennya atas jasa yang dilakukannya. Jika Anda memiliki keahlian khusus yang bisa diandalkan, maka menjadi pekerja mandiri nampaknya bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahan. Mungkin selain bekerja sebagai karyawan sekarang ini, Anda bisa juga tetap menerima pesanan kue atau jahitan di luar jam kantor. Atau mungkin menerima panggilan reparasi alat elektronik di malam hari atau hari libur sehingga tidak mengganggu pekerjaan utama.

3. Pemilik Usaha
Kalau karyawan adalah profesi yang paling populer dan banyak dilakukan orang, maka menjadi pemilik usaha adalah profesi yang paling banyak diinginkan orang, apapun profesinya sekarang. Percaya atau tidak, sebuah survey pernah membuktikan bahwa mayoritas responden mengatakan ingin menjadi pengusaha walaupun mereka pada saat itu kebanyakan bekerja sebagai karyawan swasta atau PNS. Yang dimaksud dengan menjadi pemilik usaha adalah mengandalkan pemasukan terutama dari hasil usaha berupa prive atau deviden, bukan dari gaji bulanan. Kalau Anda sekarang masih menjadi pimpinan di perusahaan Anda sendiri dan menerima gaji rutin setiap bulan, itu artinya Anda masih bisa dikatakan sebagai karyawan. Walaupun Anda pemilik usaha tersebut, tapi penghasilan Anda bukan sebagai pemilik usaha melainkan sebagai karyawan. Pemilik usaha yang saya maksud disini adalah seseorang yang sumber penghasilannya dari usaha yang ia miliki, bukan dari pekerjaan yang ia lakukan. Biasanya, pemilik usaha bisa memiliki banyak waktu luang karena ia hanya perlu mengontorol usahanya sewaktu-waktu saja. Ia masih punya banyak waktu luang untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan cara lain seperti bekerja sebagai karyawan di tempat lain atau menjual keahlian yang dimilikinya. Atau kalau Anda sekarang ini sebagai karyawan dan kebingungan bagaimana caranya mengembangkan dana yang dimiliki sedangkan perbankan tidak bisa menjanjikan hasil yang optimal. Bisa saja Anda membuka warung atau memodali seseorang untuk membuka usaha, lalu Anda tinggal mengontrol dan menikmati keuntungannya saja. Membuka lapangan kerja sekaligus menambah penghasilan keluarga. Dan yang populer juga sekarang ini adalah dengan usaha pemasaran langsung atau MLM, walaupun tidak membuka lapangan kerja baru, tapi bisa menambah penghasilan yang cukup lumayan.

4. Investor
Ketiga sumber pemasukan di awal tadi membutuhkan banyak aktivitas fisik. Karyawan “menjual” jam kerjanya dengan gaji bulanan, begitu juga pekerja mandiri yang walaupun lebih fleksibel namun tetap saja mengandalkan aktivitas fisik untuk mendapat penghasilannya. Sedangkan pemilik usaha biasanya juga harus bekerja dulu di awalnya sebelum bisa menyerahkan pengelolaan usahanya pada orang lain. Tapi investor beda, investor lebih banyak mengandalkan kekuatan modal dan strategi dalam mengelola dan mengembangkan dana yang dimilikinya. Investor mendapatkan penghasilan tidak dari gaji bulanan, klien yang menyewa jasanya, atau konsumen yang membeli dagangannya. Ia mendapatkan penghasilan dari mengembangkan dana yang dimilikinya baik itu berupa bunga, bagi hasil, capital gain dan sebagainya. Investasi adalah sumber penghasilan tambahan yang bisa dilakukan siapa saja selama ada uang di tangannya. Karena berinevstasi tidak menyita banyak waktu dan bisa dilakukan sambil bekerja. Sementara masalah keahlian mengatur strategi bisa dikerjakan oleh sang ahli yang dibayar berdasarkan keuntungan yang didapat atau berdasarkan aset yang dikelola.

Tapi pertanyaannya sekarang adalah, bisakah seseorang memiliki keempat sumber penghasilan ini sekaligus?

Jawabnya, kenapa tidak? Sebagai seorang karyawan yang saat ini mengandalkan gaji bulanan, Anda bisa saja menjual keahlian yang dimiliki di luar jam kantor, dan menyisihkan sebagian penghasilan Anda selama ini untuk membuka usaha dan berinvestasi. Dengan cara ini Anda bisa memiliki 4 sumber penghasilan sekaligus.

Keahlian apa yang bisa Anda jual, usaha apa yang cocok untuk Anda, dimana investasi yang menguntungkan. Itu urusan belakangan. Yang penting sekarang adalah jangan menutup diri Anda terhadap kemungkinan memiliki berbagai sumber penghasilan (multi source of income).

Jangan lekas puas dan berhenti berusaha hanya karena sudah bisa bekerja sementara masih banyak orang yang menganggur, karena bekerja bukan jaminan bisa mencukupi kebutuhan hidup. Jangan juga lekas puas dan berhenti berusaha hanya karena sudah bisa memiliki usaha yang tidak banyak orang bisa melakukannya, karena usaha terkadang bisa naik dan sebaliknya juga bisa turun. Dan jangan pula lekas puas hanya karena punya investasi dimana-mana, karena tak selamanya investasi itu aman dan menguntungkan.

Namun milikilah sebanyak-banyaknya sumber penghasilan. Karena kalau yang satu turun, masih bisa mengandalkan yang lainnya. Kalau yang satu gagal, masih ada cadangan untuk menutupinya. Kalau bisa memiliki empat sumber penghasilan sekaligus, kenapa cuma punya satu?

Ahmad Gozali
Perencana Keuangan

Baca Selengkapnya »»

Jumat, 06 Juni 2008

Menghitung Perkembangan Dana Investasi (3)

Selain 4 konsep bunga yang sudah dibahas dalam 2 artikel yang lalu, ada beberapa hal yang patut menjadi bahan pertimbangan Anda dalam menghitung bunga investasi.

Makin Dini Makin Baik
Pernah ada orang yang mengatakan bahwa konsep bunga berbunga adalah suatu penemuan terbesar dalam abad ini. Ini tidak berlebihan. Sebagai contoh kalau Anda memasukkan Rp 1.000.000 pada saat ini ke dalam deposito yang memberikan 12 persen per tahun (dengan sistem bunga berbunga tahunan), pada akhir tahun pertama saldo Anda akan menjadi Rp 1.120.000. Pada akhir tahun kesepuluh, saldo Anda akan menjadi Rp 3.105.848. Pada akhir tahun ke-20, saldo Anda akan menjadi Rp 9.646.293. Lalu pada akhir tahun ke-100, saldo Anda akan menjadi Rp 289.002.190.


Apa yang menyebabkan saldo investasi Anda bisa menjadi begitu besar? Waktu. Semakin lama uang Anda berputar dalam sistem bunga berbunga, makin besar bunga yang Anda dapatkan. Kalau menggunakan contoh bola salju tadi, maka semakin tinggi puncak gunung salju, maka semakin besar pula bola salju itu nantinya ketika sampai di dasar gunung. Ini karena semakin tinggi gunung salju itu, semakin banyak pula perputaran bola salju itu sebelum ia sampai di dasar gunung. Artinya, semakin panjang jangka waktu investasi Anda, maka semakin besar pula saldo investasi Anda kelak.

Kebanyakan investasi meng-gunakan sistem perhitungan bunga berbunga. Sebagai contoh, kalau Anda membeli rumah yang saat ini baru bernilai Rp 100 juta, maka pada akhir tahun, katakan saja rumah itu sudah menjadi senilai Rp 120 juta (ada penambahan nilai 20 persen). Pada akhir tahun kedua, nilai rumah Anda mungkin sudah menjadi Rp 120 juta dikali 20 persen. Begitu seterusnya, walaupun sampai 100 tahun sekalipun. Konsep ini sama untuk hampir semua produk investasi. Apa hubungan ini semua dengan Anda? Bila Anda menabung untuk tujuan tertentu kelak, maka semakin dini Anda mulai, maka semakin panjang pula jangka waktu investasi Anda, sehingga ini akan makin baik untuk Anda.

Beda Kecil Berarti Besar
Perlu pula disadari perbedaan suku bunga (antar-bank) yang kecil sekalipun bisa berbeda jauh pengaruhnya terhadap saldo investasi Anda. Sebagai contoh, misalkan saja pada saat ini Anda punya Rp 2 juta. Anda lantas membuka deposito 12 bulan pada dua bank, Bank A dan Bank B. Masing-masing Rp 1 juta. Katakan saja, suku bunga di Bank A adalah 9 persen per tahun, sedangkan di Bank B adalah 10 persen per tahun (bedanya 1 persen saja). Artinya, pada akhir tahun pertama, Bank A akan memberikan bunga Rp 100 ribu, dan Bank B hanya Rp 90 ribu. Bedanya Rp 10 ribu. Kecil? Memang.

Tapi bila dilihat secara jangka panjang, perbedaan saldo investasi pada kedua deposito itu akan sangat besar. Makin lama waktunya, makin besar perbedaan itu. Pada akhir tahun ke-20, misalnya, saldo Anda di Bank A sudah Rp 5.604.411 dan Bank B Rp 6.727.500. Berarti ada perbedaan Rp 1.123.089. Pada akhir tahun-50, saldo di Bank A adalah Rp 74.357.520, sedangkan di Bank B mencapai Rp 117.390.853. Jadi perbedaan saldo di kedua bank adalah Rp 43.033.333. Besar sekali!

Padukan Waktu dan Frekuensi
Contoh-contoh di atas mengandaikan Anda melakukan investasi sekali saja (lump sum), di mana Anda memasukkan uang sekali saja, dan mendiamkannya selama bertahun-tahun, sampai 50 atau 100 tahun. Tapi bagaimana kalau Anda tidak melakukan investasi sekali saja, tapi rutin setiap tahun? Misalkan saja setiap awal tahun Anda menyetorkan Rp 1 juta. Setelah 50 tahun, jumlah yang Anda setorkan menjadi Rp 50 juta. Tapi karena Anda memasukkannya dalam investasi bunga berbunga, maka saldo investasi Anda setelah 50 tahun menjadi Rp 2.688.020.438! Besar sekali! Padahal, jumlah total yang Anda setorkan selama 50 tahun itu hanya Rp 50 juta. Coba Anda bandingkan dengan investasi sekali saja (Rp 1 juta), dan hasil yang Anda dapatkan setelah 50 tahun adalah Rp 289 juta.

Karena itu perpaduan antara frekuensi investasi yang rutin dengan panjangnya jangka waktu investasi yang Anda miliki, akan menghasilkan saldo investasi yang betul-betul dahsyat besarnya. Jadi, bagaimana? Masih mau menunda berinvestasi?

Bisa Periodik atau sekali Saja
Bila Anda melakukan investasi, maka ada dua pilihan, bisa melakukan secara periodik, atau sekali saja. Untuk investasi secara periodik, Anda bisa melakukan investasi setahun sekali, enam bulan sekali, atau bahkan sebulan sekali. Beberapa orang ada yang berinvestasi setiap satu atau dua minggu sekali. Tapi yang penting di sini adalah bahwa yang dimaksud dengan periodik adalah melakukan investasi secara rutin.

Biasanya, berinvestasi secara periodik merupakan cara yang paling ampuh untuk mengejar target dana yang besar kelak. Anda tak perlu memiliki jumlah dana yang besar pada saat ini, tapi cukup menyisihkan sebagian kecil penghasilan Anda untuk diinvestasikan ke dalam sebuah produk investasi. Lama kelamaan, Anda akan memiliki saldo investasi yang begitu besar, karena Anda juga mendapatkan bunga. Berinvestasi secara periodik sama seperti seorang tukang bangunan yang sedang membuat dinding. Apa yang ia lakukan adalah mengambil sebuah bata, mengoleskannya dengan semen, lalu menempelkannya. Ambil lagi sebuah bata, memberikan semen, dan menempelkannya disebelah kiri atau kanan bata yang tadi. Begitu seterusnya sampai ia bisa menyelesaikan satu lapis. Setelah itu, ia akan melanjutkannya dengan lapis kedua. Lapis kedua selesai, dilanjutkan dengan lapis ketiga. Begitu seterusnya.

Lama kelamaan, Anda akan melihat sebuah dinding. Persis seperti itulah gambarannya bila Anda berinvestasi secara periodik. Hanya bedanya, dengan berinvestasi, Anda juga mendapatkan bunga. Sementara tukang bangunan tadi, tidak mendapatkan 'bunga'. Yang ia lakukan hanyalah seperti menabung ke dalam celengan saja secara rutin. Tetapi prinsipnya sama saja: sedikit-sedikit, akan menjadi bukit.

Anda juga bisa berinvestasi sekali saja (lump sum). Artinya, Anda cukup memasukkan uang sekali saja ke dalam sebuah produk investasi, deposito misalnya, lalu Anda diamkan selama katakanlah sepuluh tahun. Setiap tahun, Anda akan mendapatkan bunga, yang bisa Anda tambahkan ke uang pokok Anda. Kemudian, didepositokan lagi, sehingga bunganya makin lama makin besar. Tapi, selama itu Anda tidak pernah menyentuhnya, sampai selama sepuluh tahun. Setelah sepuluh tahun, Anda akan memiliki jumlah dana yang sangat besar.

Sumber : perencana keuangan, jawaban.com


Baca Selengkapnya »»

Menghitung Perkembangan Dana Investasi (2)

Pada artikel sebelumnya Anda telah membaca tentang konsep bunga sederhana dan konsep bunga-berbunga tahunan. Apa saja konsep bunga yang lain?

Bunga-berbunga Bulanan

Apa yang Anda baca di artikel sebelumnya adalah konsep bunga berbunga, yang bunganya dibayarkan setiap tahun (yearly compound interest). Namun demikian, ada juga bunga berbunga yang bunganya dibayarkan setiap bulan (monthly compound interest). Sebagai contoh, kita akan menggunakan angka yang sama dengan contoh di atas, di mana Anda memasukkan uang Rp 1 juta. Hanya bedanya, Anda tidak membukanya dalam bentuk rekening deposito, tapi tabungan.

Untuk mudahnya, anggap saja tabungan ini juga memberi bunga 12 persen per tahun, dibayarkan secara bulanan. Ini berarti, pada setiap akhir bulan, bunga yang Anda dapatkan bukan 12 persen, melainkan 12 persen dibagi 12, atau 1 persen. Ini karena ada 12 bulan dalam setahun.

Dengan demikian, perhitungan saldo investasi Anda pada akhir bulan pertama adalah:
Rp 1.000.000 + (Rp 1.000.000 x 1 persen) = Rp 1.000.000 + Rp 10.000 = Rp 1.010.000.
Pada akhir bulan kedua, saldo Anda menjadi:
Rp 1.010.000 + (Rp 1.010.000 x 1 persen) = Rp 1.010.000 + Rp 10.100 = Rp 1.020.100
Begitu seterusnya tiap bulan hingga pada akhir bulan ke-12 saldo Anda menjadi:
Rp 1.115.668 + (Rp 1.115.668 x 1 persen) = Rp 1.115.668 + Rp 11.157 = Rp 1.126.825.
Bila ini terus berlanjut hingga akhir tahun ke-10 (atau bulan ke-120), saldo investasi Anda menjadi Rp 3.300.387. Lebih banyak dibandingkan apabila Anda memakai sistem bunga berbunga tahunan.

Bunga-berbunga Harian
Bagaimana dengan sistem bunga berbunga yang dibayarkan secara harian (daily compound interest)? Banyak iklan bank menawarkan produk tabungan yang memberikan bunga secara harian seperti ini. Konsepnya hampir sama dengan bunga berbunga bulanan. Bedanya, bunganya tidak dibagi 12, tetapi 365 (sesuai jumlah hari per tahun), hingga besarnya adalah 0.03 persen per hari. Kini kita akan menghitung, berapa jumlah yang akan Anda dapatkan. Sekali lagi, kita gunakan contoh seperti di atas.

Saldo Anda pada akhir hari pertama adalah:
Rp 1.000.000 + (Rp 1.000.000 x 0,03 persen) = Rp 1.000.000 + Rp 329 = Rp 1.000.329.
Begitu seterusnya hingga setelah setahun (atau akhir hari ke 365) saldo Anda menjadi:
Rp 1.127.104 + (Rp 1.127.104 x 0,03 persen) = Rp 1.127.104 + Rp 371 = Rp 1.127.475.
Bila diteruskan sampai 10 tahun, maka pada akhir hari ke 3.650, saldo Anda akan menjadi
Rp 3.319.462. Lebih banyak daripada kalau bank Anda memakai sistem bunga berbunga bulanan.

Anda telah melihat bahwa perbedaan penggunaan sistem bunga dapat mempengaruhi saldo investasi Anda pada akhir tahun, walaupun semuanya sama-sama menjanjikan bunga 12 persen per tahun. Sebabnya sederhana: karena jumlah bunga yang Anda terima juga berbeda. Berbedanya bunga yang Anda dapat itulah yang lalu memunculkan istilah "suku bunga efektif" (effective rate). Yaitu perbandingan jumlah bunga yang Anda dapatkan pada akhir tahun, dengan jumlah uang yang Anda masukkan. Cara menghitung bunga efektif sangat mudah: bunga yang Anda terima pada akhir tahun dibagi dengan nilai nominal uang Anda pada awal tahun.

Jadi, kalau ada sebuah produk investasi yang menjanjikan suku bunga 12 persen per tahun, maka mungkin saja suku bunga efektifnya tidak 12 persen. Apa yang Anda terima pada akhir tahun mungkin lebih dari 12 persen. Dengan mengetahui suku bunga efektif, maka perbedaan yang Anda dapatkan jadi betul-betul terlihat. Selain itu, suku bunga efektif juga memungkinkan Anda untuk mempercepat perhitungan Anda. Artinya, kalau tadi kita menggunakan contoh Rp 1.000.000 sebagai dana awal investasi Anda, maka untuk selanjutnya, kita bisa saja mengubahnya menjadi Rp 5.000.000.

Anda pun tidak perlu menghitung-hitung lagi berapa jumlah bunga yang Anda dapatkan bila menggunakan sistem bunga berbunga harian, misalnya. Anda tidak perlu menghitung bunga secara berulang-ulang sampai 365 kali. Cukup mengalikannya dengan 12,74 persen, atau kalikan Rp 5 juta tadi dengan 12,74 persen.

Selain 4 konsep di atas, masih ada lagi beberapa hal yang patut menjadi bahan pertimbangan Anda dalam menghitung bunga investasi. Apa sajakah itu? Tunggu artikel investasi berikutnya!

Sumber : perencana keuangan, Jawaban.com

Baca Selengkapnya »»